Thursday, February 25

Apa Lagi yang Kuberikan?

Aku tercenung di depan rumah, tempatku memulai hidupku. Dibawah langit jingga senja, Ketika bulan sebentar akan menggantikan surya yang akan segera tetirah di balik langit. Sendu dan khidmad. Seperti menyambut mempelai yang baru saja pulang dari gereja, senja ini pun sakral. Sama seperti senja-senja di hari-hariku lalu. Ketika suara ibuku menghampiri telingaku, membujukku untuk pulang dari permainanku, ketika kulihat dari balik jeruji rumah pesakitan yang ku huni karena ketololanku.

Semburat jingga di ufuk timur, seperti gelora anak perawan yang mendamba cinta datang menjemputnya. Ya...cinta, cinta yang kata orang seperti tai anjing rasa coklat itu. Cinta yang membuat penjagal jiwa sepertiku mampu menemukan jalan kembali. Merangkai kembali jiwa yang terkeping, dan merekatkan hasrat patah kembali


Meski kadang, mencintai itu sulit dan membingungkan. Ya sulit, apalagi ketika daya dan tenaga untuk mencintai sudah di ujung asa, tapi tertunduk lesu ketika menoleh dan menemukan bahwa teryata lebih banyak isak tangis yang kusisakan daripada derai tawa. Apalagi yang kulakukan? Segala jiwa dan kesadaranku kugadaikan atas nama cinta, hanya kepadamu. Apa saja pasti kan kuberikan, laksamana jiwaku. Ya membingungkan, antara ingin melindungimu dari sengatan mentari, atau membiarkanmu bebas, lepas seperti elang yang menatap ombak dari sela-sela awan biru. Tidak menjadi beban dalam perjalananmu yang agung dan panjang saja cukuplah.

Benar bahwa cinta itu mau mendengar, mengerti ketika semua orang menilai salah, menanggapi dengan tepat segala keluh kesah dan sesambat. Benar pula bahwa cinta itu saling berbagi, segalanya, termasuk ketika otakmu kelu. Bahwa cinta itu bersedia untuk mendalami kehidupan sampai dalam palung hati. Tapi cinta juga berani melepaskan, tidak mengikat dan memasang kekang.

Hanya saja, engkau hebat, seperti senopati perang pilih tanding yang tak terkalahkan, engkau seakan tak punya keluh untuk kau bagi. Segala prana sudah engkau kuasai. Bagiku, mencintaimu
saja sudah cukup. Inginku mengepal dunia dan menaruhnya di kakimu. Tapi tentu saja tidak sanggup ku lakukan., tanganku tak cukup kuat. Hatiku terlalu rapuh untuk melihatmu bebas menggoreskan citamu.

Aku ingin mencintaimu sesempurna mungkin. Tapi aku belum bisa, seperti pakaian pengemis pengetuk pintu manusia budiman, aku compang camping penuh kesalahan. Cintaku robek disana sini karena aku tolol. Jadi aku hanya akan mencintaimu saja, seperti senja ini mencintai malam yang akan segera datang, dengan setia dia mengantarkan siang ke tempat tetirahnya dan kemudian menyalakan bintang penghias malam. Itu saja, cukuplah bagiku

Monday, February 15

Morning Brief


Commander Tukul : "Attention....hut!!!!"
1st Private Gogon : "Section 2 Clear"
1st Private Kliwon : "Section 3 Clear"

introducing the guardian in charge

Kiehl Stowster Redknapp a.k.a. Kliwon, Brown labrador

Gonzalo Metzelder a.k.a. Gogon, white and brown coco

Tuzien Kurtzwiel Van Bronkoost a.k.a. Tukul, Black retreiver